Sabtu, 28 Maret 2009

terselip gundah merangsek di keberanian
tersadar hidup adalah ketakutan dan keberanian
bertarung mau menang, mau menjadi tuan

jika diri berjalan sendiri, terampas asa tenggelam hilang dalam gelap senja
jika tiga pasang kaki melangkah, terbit siluet awal hari menerjang kabut

Rabu, 24 Desember 2008

Renungan Natal 2008

KHOTBAH NATAL
Roma 12: 18c
Roma 14: 17-18

Ibu, Bapak, Saudara semua yang dikasihi Tuhan………..……………….
Mengawali khotbah Natal ini saya ingin bertanya: “adakah di antara saudara sekalian yang sulit untuk tidur? Atau bahkan menderita insomia, yakni penyakit tidak bisa tidur?” Orang yang sulit tidur umumnya mudah sakit kepala, mudah migrant, mudah kenceng di leher. Mudah pula kembung, masuk angin, flu, batuk, atau bahkan pula terkena penyakit yang lain.

Mengapa ada banyak orang tidak dapat tidur?
Mungkin ada banyak sebab. Namun salah satu sebab menurut saya adalah karena hati yang tidak damai, pikiran yang tidak tenteram. Hal ini dapat diteliti secara psikologis bahkan secara medis.

Pikiran yang damai, hati yang damai, semua orang menginginkannya. Semua bangsa menghendakinya. Karena begitu penting, maka di sekolah saya dulu di Yogyakarta, punya wadah yang namanya pusat studi perdamaian Duta Wacana. Saya sempat dan pernah pula ditawari untuk studi lanjut S2, dengan spisifikasi bidang STUDI PERDAMAIAN di luar negeri, namun tidak saya lakukan karena banyak hal.

Semua orang menginginkan damai, semua bangsa menghendaki damai, namun sayang, damai tidak gampang diwujudkan. Bumi yang kita tempati bersama, hingga hari ini penuh dengan warna yang tidak enak dan menusuk di kalbu. Peperangan, teror, pelecehan antar kelompok yang beda agama, permusuhan dan kebencian antar Negara, penguasaan secara ekonomi sebuah Negara atau koorporasi terhadap Negara lain, korupsi, jual beli keadilan, penipuan dalam bisnis, perdagangan bayi dan perempuan, penipuan dan penyiksaan terhadap tenaga kerja, dan seribu satu macam kejahatan yang lain, masih terdengar di mana-mana. Semua memperlihatkan bahwa betapa banyak sekali manusia penghuni yang kotra perdamaian. Perdamaian dibicarakan di mana-mana, banyak yang mengampanyekan, namun perwujudanya sulit.

Saudara sekalian…….
Sebenarnya, dengan kemajuan ilmu dan pengetahuan dewasa ini dapat terjelaskan dengan mudah mengapa muncul berbagai tindak kejahatan di dunia ini, baik yang berskala local mapun yang berskala global. Tidaklah rumit memahami mengapa orang membunuh orang lain, mengapa orang memutilasi, mengapa orang korupsi, mengapa banyak perusahaan-perusahaan raksasa mencaplok sumber-sumber kehidupan yang menyangkut hajat hidup orang banyak disebuah Negara atau tempat. Yang sulit adalah bagaimana membangun kerakter para penghuni planet bumi untuk menjadi manusia yang berkarakter dan bertabiat baik, damai.

Saudara sekalian………….
Ada orang yang melakukan research atau penelitian, kalau sejarah dunia dihitung salama 3.000 tahun lamanya (sejarah dihitung sejak dikenal budaya tulisan), ternyata zaman atau masa yang damai, tidak ada peperangan, tidak ada bencana, ditotal hanya sekitar 250 tahun. Sangat kecil. Kurang dari 8%!! Sisanya, yang 92% tidak damai. Entah karena permusuhan, entah karena bencana alam, entah karena pagebluk, dll. Tiap tahun ada anugerah nobel perdamaian, namun damai di bumi tidak mudah diwujudkan.

Jemaat Tuhan………….
Apa to sesungguhnya damai itu? Apa to sesungguhnya sejahtera itu? Apa to suka cita itu?................Damai, atau selamat, atau sejahtera, atau suka cita sebenarnya arti dari kata yang sering orang Kristen ucapkan, yakni Syalom (dari bahasa Ibrani). Lengkapnya Syalom Elohim.

Sayang kata syalom atau salam itu sering mengalami kemerosotan makna, kering makna. Sering hanya menjadi hanya sekedar tabik, diucapkan mengawali pembicaraan, kadang diikuti dengan tindakan bersalaman, namun tidak disertai dengan tindakan. Emha Ainun Najib, atau Cak Nur, pernah dalam sebuah renungan sore di bulan Ramadhan, di TV mengatakan, sebenarnya ketika kita mengucapkan salam (entah dengan Syalom atau Assalamualaikum), kalau dijabarkan begini: “Salam sejahtera dari Tuhan Yang Maha Kasih kepadamu hai saudaraku.....dengan salam ini aku jaminkan, bahwa aku mengasihimu, mencintaimu...bahwa tidak ada rancangan atau pikiran jahat untukmu....”

Jemaat Tuhan......
Sekali lagi apa to sesungguhnya Syalom atau damai sejahtera itu?
Dalam dan luas sekali makna damai atau syalom yang dinyatakan oleh Alkitab.
• Daud, dalam Mazmur 38:4 mengatakan bahwa ketika ia sakit, ia merasakan kehilangan salom. Di sini syalom atau damai berarti sehat walafiat.
• Pemazmur, dalam Mazmur 37:11 mengatakan bahwa orang-orang yang rendah hati akan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah. Di sini Syalom atau damai berarti kesuburan negeri.
• Dalam Kejadian 15:15 dikatakan tentang Abraham yang dijanjikan oleh Allah akan mati dikubur dengan sejahtera pada waktu telah memutih rambutnya. Di sini Syalom atau damai adalah panjang umur dan telah menempuh hidup dengan penuh arti.
• Syalom atau damai juga berarti terhindar dari ancaman bahaya.
• Syalom juga berarti upaya atau jerih lelah yang berhasil.
• Syalom juga berarti rukun, sebagaimana persahabatan Yonatan dengan Daud, sekalipun karena Daudlah tahta Israel dari Saul tidak turun ke Yonatan sebagai putra Mahkota, namum pindah ke tangan Daud (1 Sam 20:42).

Saudara sekalian.....
Dari berbagai kesaksian tentang apa itu Syalom atau damai sejahtera dari PL, maka kita melihat beberapa hal:
Pertama, Damai sejahtera, atau suka cita, atau Syalom itu bukan perasaan subjektif, perasaan yang bersifat personal atau pribadi semata. Namun justru, damai itu adalah keadaan, situasi yang melingkupi banyak orang. Damai bukan urusan hati individu atau pribadi saja, namun damai adalah urusan hidup bersama dalam bersamaan. Jadi sesungguhnya aneh jika ada orang yang merasa damai sejahtera secara pribadi, sementara ia baru saja menyakiti orang lain atau bertindak sewenang-wenang. Aneh jika ada orang yang merasakan sejahtera, sementara ia baru saja mencurangi orang lain. Aneh sesungguhnya orang dengan ringan atau lantang mengucapkan “syalom......” namun dalam tindakan-tindakannya, tidak membuat damai sesama.

Saudara sekalian............
Damai memang didambakan setiap individu atau pribadi, namun itu hanya akan terwujud jika orang lain yang ada di sekitar kita juga dalam keadaan damai. Kita merasa damai, namun orang yang di dekat kita tidak merasa damai, berarti ada soal. Maka harus diatasi. Agar yang damai bukan saya secara pribadi, namun juga dia. Lain soal jika sudah diajak berdamai, namun tidak bersedia.

Jemaat....................
Kedua, damai atau syalom bukan hanya diharapkan dan dinanti-nanti, namun damai sejahtera atau syalom atau suka cita itu harus diupayakan. Bukan ditunggu-tunggu turun dari sorga dan kita pasif, diam, tidak berbuat. Yesus sudah turun dari Sorga, lahir, dan kita rayakan kelahiranNya. Dia memang mendatangkan Syalom di dunia. Namun kita dapat temukan di dalam Injil, damai yang Dia datangkan itu dengan perjuanganNya. Dengan jerih lelah. Di tolak, dilawan, ditentang, dimusuhi, dibenci. Namun demi Syalom terwujud di bumi, Dia rela menanggung semua derita.

Jadi dalam Tuhan Yesus mendatangkan Syalom, bukan jadi tukang sulap yang bim-salabim lalu dunia 180% berubah jadi damai. Dengan jerih lelah, dengan upaya yang keras. Juga dengan Doa. “Bapa kami yang di Sorga, dikuduskanlah namaMu, datanglah KerajaanMu, datanglah SyalomMu, di bumi seperti di Sorga...”dst.

Artinya Saudara sekalian..........
Kalau kita merayakan Natal, kita harus menjadi orang yang mau mengupayakan dan berjuang demi terwujudnya Syalom. Demi terwujudnya damai sejahtera. Inilah makna menjadi murid Kristus. Yakni harus mau menjadi kaki dan tangan Dia, agent Dia, dalam mewujudkan Damai Sejahtera. Inilah korelasi atau artinya merayakan natal. Bukan sekedar merayakan seremoni, ritual belaka. Apalagi jika tidak waspada, godaan untuk menjadikan perayaan Natal sebagai ajang pesta pora untuk zaman sekarang sangat besar. Istilahnya HEDONISME, KONSUMERISME DAN MATERIALISME. Hedonisme, adalah arah hidup yang hanya memuaskan kesenangan pribadi. Apa saja yang menyenangkan, pokoknya dilakukan. Hobi, jika tidak hati-hati bisa menjadi hedonisme. Lalu Konsumerisme, paham hidup yang maunya mengonsumsi apa saja. Membeli apa saja. Hobi makan sesuatu, jika tidak hati-hati dapat menjadi konsumerisme. Hobi belanja-belanja, jika tidak hati-hati dapat menjadi konsumerisme. Lalu Materialisme, yakni mengukur hidup hanya dengan materi. Hidup hanya demi materi. Materi bukan lagi dimaknai sebagai anugerah Tuhan untuk keperluan-keperluan yang berguna, namun menjadi orientasi, menjadi arah.

Saudara sekalian............
Salah selain hal tersebut di atas, satu hal yang mengancam atau musuh syalom adalah peperangan. Antar bangsa atau negara, antar kelompok masyarakat, antar suku, antar penganut agama tertentu, antar pendukung politisi tertentu, seperti pendukung dua calon gubernur yang bersaing di Maluku Utara, yang beberapa waktu lalu saling menyerang. dll. Namun damai sejahtera bukan hanya keadaan dimana tidak ada yang perang.

Jemaat Tuhan.....
Di banyak gereja, jemaatnya tidak saling bermusuhan, namun rukun juga tidak. Saya tidak tahu bagaimana GKSBS Palembang Siloam. Saya masih orang baru di lingkungan GKSBS Siloam. Di banyak keluarga tidak ada pertengkaran, namun antar anggota keluarga saling bersikap dingin dan cuek. Dalam masyarakat banyak terjadi, penganut agama yang satu dengan agama yang lain tidak tidak konflik, namun rukun juga tidak..

Saudara sekalian.........
Ke mana damai sejahtera kita upayakan dan kejar? Damai sejahtera yang seperti apa atau yang dari siapa yang kita nantikan? Tentunya adalah damai sejahtera dari sosok yang kelahiranNya kita rayakan pada hari ini. Yakni damai sejahtera dari Kristus. Ini yang sejati.

Namun Saudara sekalian, ini tidak gampang.
Menemukan dan mengupayakan damai sejahtera tidak mudah. Kita mendapatkan damai atau tidak, berkaitan dengan arah dan tujuan hidup kita.
• Kalau kita menetapkan bahwa tujuan hidup adalah menjadi pemenang, maka saat kita kalah kita pedih. Namun kalau kita punya tujuan hidup adalah demi kebenaran, maka seandainya kita kalah namun demi kebenaran, kita tetap bangga. Lebih bangga kalah atau menderita ketika mengupayakan keadilan dan kebenaran dari pada memang, namun dengan cara sewenang-wenang atau dengan cara licik.
• Kalau kita menetapkan bahwa tujuan hidup kita adalah mendapatkan harta sebanyak-banyaknya, saat kita tidak dapat harta yang kita harapkan, atau saat harta kita hilang, atau orang yang tidak kita sukai mempunyai harta lebih dari kita, bisa hilang damai sejahtera kita. Namun jika kita mempunyai tujuan hidup demi menjadi berkat bagi orang lain, lebih bangga dengan harta sedikit namun dapat berbagi dengan sesama, dari pada harta melimpah, namun menutup mata terhadap sesama.
• Kalau kita hidup dengan tujuan demi meraih kesenangan, maka kita pasti tidak akan sejahtera dan sukacita ketika ternyata tidak semua hal di ekitar kita, semua orang di sekitar kita membuat kita senang. Namun jika tujuan hidup kita ingin menjadi orang yang memancarkan damai, maka kita tetap suka cita dan damai mesti kadang kehilangan kesenangan, asal dapat menyalurkan kasih pada sesama.
• Kalau hidup dengan tujuan kehormatan, gengsi atau status sosial yang tinggi, pasti tidak akan damai sejahtera ketika harus melayani sesama, terlebih yang kita layani itu kita anggap derajatnya lebih rendah dari pada kita. Namun jika tujuan hidup kita adalah demi memperjuangkan harkat dan martabat orang lain, terutama yang tersingkir dan terpinggirkan, bangga kita berkorban, bahkan hak kita, asal orang lain terbela haknya, terangkat martabat kemanusiaannya.

Mari damai dengan semua orang, kita wujudkan. Mari suka cita dan sejahtera kita upayakan. Dengan mengarahkan hidup semakin terarah pada Kristus. Bukan pada diri sendiri dan keakuan, bukan pada harta, bukan pada kemenangan, bukan pada kekuasaan dan pangkat, bukan pada kehormatan.

Selamat Natal. Tuhan memberkati.

Jumat, 03 Oktober 2008

NARASI PASKAH

DARI VIA DOLOROSA DI KAMIS PUTIH,
JUMAT AGUNG DRAMATIS,
SABTU HENING YANG MENCEKAM,
HINGGA PASKAH DI MINGGU KEMENANGAN

“ Betapa Aku rindu ingin makan Paskah bersama kalian…
karena, ini adalah paskah-Ku yang terakhir bersama kalian…”
Demikian Engkau katakan dengan nada mulai getir di Kamis sore itu.

Roti Engkau bagikan kepada sahabat-sahabat-Mu
Cawan Engkau berikan kepada Petrus, Andreas, Yakobus, dan muridMu yang lain…
Yudas juga tanpa kecuali….
“ Inilah tubuhKu, inilah darahKu…..”
Begitu Kau ucapkan.

Paskah kali itu menjadi sangat beda……
karena ….., akan dikenang dalam pengenangan abadi.
Sampai hari ini.
dalam hidup kami.

Selesai Perjamuan………………..
Engkau mengajak semua ke tempat yang para muridMu hapal.
Yudas tentu tidak serta….,
Ia dalam kegalauannya dan kebingunnya sendiri.
Ia pun akan sampai pada penyesalan yang tak berkeputusan.
Maut yang akan mengakiri penyesalannya.

Di taman itu…..
Kau hampiri Bapa dalam doa penuh kegentaran.
PeluhMu menetes laksana darah, mengungkapkan betapa beratNya pergumulanMu.
“Bapa…., jika boleh, cawan ini biarlah berlalu
Kutuk dan kenestapaan ini jangan Kau timpakan kepadaKU
Salib itu teramat berat untuk Ku tanggung….”
Begitu Kau ungkapkan kegentaranMu…

Pergumulan itu Kau tanggung sendiri.
Petrus yang pemberani, Andreas yang gagah, Yakobus yang kekar tangannya,
Semau telah tidur.
Mereka rupanya keletihan.

Namun…..
KemenanganMu telah tampak….
Ketika akhirnya Kau berani berkata kepada Bapa…
“ namun Bapa, biarlah kehendakMu bapa yang jadi…”
Begitu Engkau tantang maut, kutuk dan kenestapaan.

Derita dan penderitaan semakin nyata…
saat rombongan para pendusta itu menangkap, mengikat, mendorongMu dengan kasar..
Tamparan, tendangan, tempelengan mulai bertubi-tubi menderamu.
Makian, seribu satu kata kata kotor, sumpah serapah diteriakkan di telingaMu.

Malam yang letih, sakit, harus Kau jalani.

Dari taman itu…
Kau digelandang ke rumah si busuk Hanas dan Kayafas…
Anak dan mertua yang sama-sama tamak itu.
Yang di balik kedok baju keimamannya, tersimpan hati yang pendengki dan culas.

Lalu ke rumah Pilatus…
Wali negri yang tak lain adalah seorang pengecut dan pecundang.
Yang mengingkari hati nuraninya….,
Tidak berani berkata tidak….
Meskipun tidak menemukan kebenaran dakwaan atas diriMu

Semua menohok dan menikamMU
Mereka yang beberapa hari yang lalu bersorak-sorak “Hosana-hosana”
Kini berteriak “salibkan Dia-salibkan Dia.”
Kefas si Pemberani yang macho itupun, tega nian mengingkari diriMu
Ah…Petrus, ternyata engkau juga kecut dan takut….

Apapun yang terjadi…
Dakwaan harus berlaku……
Tak ada pembela dalam peradilan yang penuh kelicikan malam itu……
Semua menjadi saksi yang memberatkanMu
Dengan teriakan-teriakan “salibkan Dia-salibkan Dia yang penuh kegeraman….
Vonis mati, tidak boleh tidak harus terjadi…
Eksekusi hares dilakukan,
Esok Jumat
Tidak dapat ditunda lagi
Jangan sampai hari Sabat……

Jumat dini hari menjelang……………………..
Matahari terbit……., lalu sangat terik……
Terseok-seok…….Engkau dalam keletihan dan kesakitan.
Darah bercampur dengan keringat…..
Menetes, memenuhi sekujur tubuhMu yang nyaris tak dikenali lagi …..
Sepotong balok Kau pikul…
Akan menjadi palang yang memancang kejam kedua tanganMU

Di puncak bukit tengkorak itu…
terpancang salib kenistaanMu
TubuhMu tergantung di situ…….
Menjalani eksekusi laksana seorang residivis…
Akan mati dalam kehinaan
Tergantung di salib……
Menggambarkan Bumi tidak bersedia memeluk tubuhMu
Menggambarkan langit yang menolak diriMU
Sungguh……,kenistaan yang tak terkira.


Enggur asam penghilang rasa sakit Kau tolak……
Meski sakit perih…..

Tiba-tiba……
Langit meredup……….
Gelap…….
Teriakan “Eloi-eloi lama Sakbatani”…..mengiringi kepasrahanMu
“Bapa…., ke dalam tangaMu, keserahkan nyawaKu…”
Langit yang gelap…
Tirai Bait suci yang terkoyak…
Menggantikan seribu mawar yang di taburkan oleh Para malaikat penghuni Sorga.

Maria bundaMu yang telah janda itu……
Maria istri Klopas yang cukup tabah…..
Maria Magdalena…..perawan muda yang setia…..pada kasihnya padamu…..
mengelilingi salibMu…..
tak ada lagi air mata.
Air mata telah kering……..

Dalam kenistaan Engkau mati…….
Namun cinta yang membekas di hati Yusuf Arimatea ingin melayakkan jenazahMU

Sabtu hening……….
Tak banyak suara dan kata……
Entah………
Apakah Ibumu, murid-muridMu, dan semua yang hanyut dalam kesedihan…
dapat merayakan Sabat?

Keheningan Sabtu itu seakan melenyapkan asa…
Kepercayaan dan pengharapan pada seorang Mesias telah kandas.
KematiaMu telah memupuskan sejuta pengharapan …..
Guru telah mati….
Rabi telah tewas….
Yesusku telah tiada…….

Gerangan apakah yang dapat membangkitkan pengharapan?
Keyakinan dari manakah pula yang layak untuk diandalkan?

Di sinikah akhir dari semuanya?

Mereka lupa…….
bahwa Sang Guru pernah bersabda,
Bahwa Anak manusia memang akan menderita dan nestapa.
Namun juga akan bangkit.

Jumat, 07 Maret 2008


Malaikat Penjaga

Tarianmu tarian kedamaian
Tarianmu tarian pengharapan
Tarianmu tarian keberanian
Tarianmu tarian kehidupan

Jumat, 18 Januari 2008

MALAM MENYONGSONG TAHUN BARU 2008


.....hadi, lia, roni, asbet, daniel, yuni, yacub,
febri, iskak, sri, sutri, cece, bu nung.....

Kamis, 17 Januari 2008

MY FAMILY




aku kus aprianto, lahir pada 16 april 1970, di karanganyar, sebuah kota dekat gunung lawu. sekolah dasar di karanganyar, sragen. sekolah menengah di sragen, lalu di muara bungo jambi. sekolah pendidikan guru di muara bungo. lalu kuliah pendidikan pada fkip universitas jambi. sempat merasakan sebagai guru di sd (praktek 6 bulan), smp (mengajar agama 2 tahun), dan smea negri 1 jambi (6 bulan.

karena pencarian "peziarahan hidup" yang terus menerus, tahun 94 masuk fakulta theologia duta wacana. selesai tahun 1999. tahun yang sama menikah dengan ester nanung. 2000-2007 melayani sebagai pendeta jemaat di gksbs padangratu. agustus 2007, dengan berat hati meninggalkan gksbs padangratu untuk menapaki tugas baru, mengajar di stt palembang.

bersama dengan istri, ester nanung.....,anak prajna pasya rose prasade, kini menjalani hari-hari di stt palembang. merambah "hutan" pelayanan baru, dengan seribu satu macam pergulatan, dengan hal-hal yang manis dan pahit.

Prajna Pasya Rose Prasade Apriant


.....sumber inpirasiku......